Pengaruh Hutan Mangrove Terhadap Produksi Perikan

Januari 24, 2008 at 2:48 am (Uncategorized)

Latar belakang permasalahan :

Hutan mangrove selalu identik dengan perairan. Sebagai sebuah komunitas yang membentuk ekosistem perairan tentunya keberadaan mangrove tidak dapat dimarginalkan. Hutan Mangrove mempunyai multi fungsi yang tidak bisa tergantikan oleh ekosistem lain. Secara fisik berfungsi sebagai penstabil lahan (land stabilizer) yakni berperan dalam mengakumulasi substrat lumpur oleh perakaran bakau sehingga sering kali memunculkan tanah timbul dan juga mampu menahan abrasi air laut serta mampu menghadang intrusi air laut ke daratan. Fungsi biologisnya ialah sebagai tempat berlindung, bertelur dan berkembang biak bagi ikan. Sementara secara ekonomi hutan mangrove menghasilkan kayu yang nilai kalornya tinggi sehingga sangat bagus untuk bahan baku arang. Fungsi yang terakhir adalah fungsi kimia yakni sebagai penetralisir limbah kimia beracun berbahaya.

Makin hari keberadaan hutan mangrove bukannya makin dipertahankan justru semakin menyusut luas lahannya. Perkembangan penduduk dengan tingkat kebutuhan yang makin meningkat, secara cepat mendesak hutan mangrove dan berusaha menggantikan dengan usaha lain yang lebih cepat “menguntungkan” dari segi finansial namun sebenarnya sangat merusak lingkungan. Akhirnya bermunculan usaha pertambakan dengan menebangi hutan mangrove yang ada. Belum adanya kesadaran masyarakat akan keuntungan ganda yang bisa didapatkan jika mengusahakan perikanan di hutan mangrove, menjadikan pertambakan merajalela menguasai perairan air payau.

Kini saatnya masyarakat harus menyadari, dan berusaha untuk mengkombinasikan pertambakan dengan hutan mangrove sehingga selain keuntungan finansial didapat, kelestarian alam – ekosistem perairan – menjadi terjaga.

Bertolak dari fungsi hutan mangrove sebagai nursery ground di atas, nampaknya pemanfaatan mangrove untuk usaha perikanan akan lebih menjanjikan hasil yang baik oleh karena itu penelitian dengan membuat demplot mengenai pengaruh mangrove terhadap produksi perikanan ini dilaksanakan.

Tujuan Penelitian

• Mengetahui potensi biota perairan dari tiap zonasi dalam ekosisten hutan mangrove.

• Mengamati tingkat produktivitas ikan di pertambakan tanpa hutan mangrove dengan pertambakan dengan hutan mangrove.

• Manfaat yang diharapkan

Demplot ini diharapkan mampu mewujudkan kepada masyarakat bahwa hutan mangrove lebih menguntungkan jika digunakan untuk usaha pertambakan, sehingga dapat meningkatkan pendapatannya.

b. Dengan hasil itu maka penelitian ini ikut memberikan konbtribusi dalam pembangunan negara.

Dasar Teori

Hutan mangrove atau yang sering disebut sebagai hutan bakau bukan berarti sebuah hutan yang hanya terdiri atas pohon bakau (Rhizophora spp) saja. Akan tetapi sebuah hutan yang disusun oleh tumbuhan tropis dan komunitasnya yang tumbuh di zona intertidal. Zona intertidal adalah areal di bawah pengaruh pasang surut di sepanjang pantai, seperti halnya garis pantai, estuari, laguna, dan tepi sungai.

Secara garis besar mangrove tersusun atas pepohonan dan semak belukar yang tumbuh di bawah pasang surut tertinggi (FAO, 1952). Daerah tersebut merupakan sebuah daerah yang bergerak, dimana lumpur secara bertahap mengalami sedimentasi akibat tertambat oleh akar mangrove yang khas. Secara perlahan-lahan akan berubah menjadi daerah semi terestrial (semi daratan). Lumpur-lumpur tersebut berasal dari hasil erosi lahan di atasnya. Dengan demikian ekosistem mangrove akan dapat terbentuk jika terdapat suplai sedimen dari sungai yang bertemu dengan perairan laut. Selain itu faktor yang mendukung pertumbuhan mangrove diantaranya adalah pantai yang terlindung oleh terumbu karang atau pulau-pulau yang terletak di lepas pantai, sehingga ombak kecil.

Tumbuhan pertama yang membentuk dataran lumpur adalah dari jenis yang tahan terhadap salinitas yang lebih tinggi dari pada tumbuhan darat pada umumnya dan tahan terendam air laut. Tumbuhan tersebut yang dominan dalam hutan mangrove di antaranya terbagi dalam tiga zonasi : Avicennia sp, yaitu jenis yang memiliki akar nafas / antena; Rhizophora sp, yaitu memiliki akar tunjang; dan Bruguiera sp yang memiliki akar lutut.

Berdasarkan fungsi biologisnya sebagai nursery ground atau tempat memijah ikan dan memelihara anak, ekosistem tersebut sering kali dikonversi oleh penduduk setempat sebagai kawasan tambak.

Tambak merupakan usaha perikanan dalam wilayah tertentu yang dikelola secara intensif sehingga mendapatkan hasil yang optimal. Sistem pengelolan tambak yang berasosiasi dengan hutan mangrove mulai dikembangkan dan dikenal dengan istilah silvofishery atau wanamina. Secara terminologi silvofishery berasal dari dua buah kata, yaitu silvo yang berarti hutan dan fishery yang berarti usaha perikanan. Demikian pula dalam bahasa Indonesia yang sering disebut sebagai wanamina yang mempunyai makna tumpang sari antara usaha perikanan dengan hutan mangrove. Pada awalnya sistem tersebut merupakan pengelolaan daerah hutan mangrove kuno yang membutuhkan pendekatan penelitian dan penilaian yang lebih modern.

Menurut William Fitzgerald (1997), silvofishery adalah sebuah bentuk terintegrasi antara budidaya tanaman mangrove dengan tambak air payau. Hubungan tersebut diharapkan mampu membentuk suatu keseimbangan ekologis, sehingga tambak yang secara ekologis mempunyai kekurangan elemen produsen yang harus disuplai melalui pemberian pakan, akan tersuplai oleh adanya subsidi produsen (biota laut) dari hutan mangrove.

Keseimbangan dari ekosistem hutan mangrove tidak bisa terlepas dari kondisi lingkungan yang mendukungnya. Bagaimana oksigen, sinar matahari, salinitas air dan suhu perairan bisa mendukung keseimbangan ekosistem. Dalam perairan air payau ternyata dibutuhkan cahaya matahari yang akan digunakan oleh fitoplankton untuk berfotosintesis dan menghasilkan oksigen yang terlarut dalam air sehingga akan digunakan oleh elemen sistem yang lain.

Suhu perairan berkaitan erat pula dengan faktor lain seperti halnya kandungan oksigen terlarut dan aktivitas bakteri pengurai. Faktor salinitas sangat penting bagi pertumbuhan mangrove, karena hutan mangrove tidak dapat hidup tanpa adanya salinitas yang sesuai.

Metode Penelitian

Lokasi : Desa Pesantren, Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.

Lokasi tersebut merupakan kawasan usaha perikanan yang didominasi oleh pertambakan tanpa hutan mangrove dan sebagian tambak yang berdampingan dengan hutan mangrove.

Alat dan Bahan :

• Plankton net

• Keramba

• Bibit ikan

• Formalin

• Gelas uji

• Termometer batang

• Oksigen meter

• Fotometer

• pH meter

• Salt test

Cara Penelitian:

Dibuat demplot yang terdiri dari dua blok yakni tambak yang tanpa mangrove dan tambak yang ada mangrovenya dengan luas yang sama yakni ± 0,5 Ha. Dari kedua blok tersebut masing-masing dibuat plot tetap sebanyak 3 buah untuk ulangan. Setiap plot berisi 10 bandeng yang dimasukkan dalam keramba sebagai plotnya.

Penelitian dilakukan selama 4 bulan dengan cara untuk mengukur berat pertambahan dari bandeng dari setiap plot setiap bulan. Selain itu juga mengamati kondisi perairan berupa salinitas, suhu, cahaya dan oksigennya.

Sedangkan untuk mengukur potensi biota pada setiap zonasi dilakukan dengan cara mengambil sampel air dari setiap zonasi yang ada, lalu sampel tersebut kita beri formalin (sebagai pengawet) dan plankton yang ada di sampel tersebut kita teliti di Laboratorium untuk kita ketahui seberapa besar potensi planktonnya.

Cara Analisis Data :

Demplot 2 lokasi yaitu tambak dan silvofisheri digunakan sebagai blok pengamatan. Tiap blok dibuat ulangan 3 X berupa plot (keramba) yang ditentukan. Pengamatan sebulan sekali selama 4 bulan terhadap pertambahan berat ikan bandeng, digunakan sebagai perlakuan sehingga keseluruhan ada 2 x 3 x 4 unit unit eksperimen. Analisis data menggunakan analisis faktorial dalam Rancangan acak lengkap dengan blok (RCBD) dengan taraf uji 5 %. Bentuk analisis varians sebagai berikut :

DAFTAR PUSTAKA

Hutabarat, Suhala & M. Evants, Stewart. 1985. Pengantar Oseanografi. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

G.D. Steel, Robert & H. Torrie, James. 1995. Prinsip & Prosedur Statistik, Suatu Pendekatan Biometrik. P.T. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Quarto, Alfredo, , Silvofihsery : The Possibility for a Sustainable Management Alternative Mangrove Action Project. Internet files.

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

proses pembelajaran PAKEM

Januari 24, 2008 at 2:30 am (Blogroll)

PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.

Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.

Secara garis besar, gambaran PAKEM adalah sebagai berikut:

Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’
Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

Yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM adalah sebagai berikut :

1.Memahami sifat yang dimiliki anak

Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia – selama mereka normal – terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat, anugerah Tuhan, tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud.

2.Mengenal anak secara perorangan

Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Menyenangkan, dan Efektif) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal.

3.Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar

Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.

4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah

Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).

5.Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik

Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam PEMBELAJARAN karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.

6.Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar

Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat men-gembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.

7.Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar

Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.

8.Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental

Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan ‘PAKEMenyenangkan.’

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

daftar pustaka

Oktober 31, 2007 at 5:56 am (Uncategorized)

     Penulisan Daftar Pustaka

    Ditulis berdasarkan urutan penunjukan referensi pada bagian pokok tulisan ilmiah.

   Ditulis menurut kutipan-kutipan

    Menggunakan nomor urut, jika tidak dituliskan secara alfabetik

    Nama pengarang asing ditulis dengan format : nama keluarga, nama depan.

     Nama pengarang Indonesia ditulis normal, yaitu : nama depan + nama keluarga

    Gelar tidak perlu disebutkan.

    Setiap pustaka diketik dengan jarak satu spasi (rata kiri), tapi antara satu pustaka dengan pustaka lainnya diberi jarak dua spasi.

    Bila terdapat lebih dari tiga pengarang, cukup ditulis pengarang pertama saja dengan tambahan ‘et al’.

    Penulisan daftar pustaka tergantung jenis informasinya yang secara umum memiliki urutan sebagai berikut :

     Nama Pengarang, Judul karangan (digarisbawah / tebal / miring), Edisi, Nama Penerbit, Kota Penerbit, Tahun Penerbitan.

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

“PROSEDUR PENELITIAN

Oktober 31, 2007 at 5:43 am (Uncategorized)

 

A.   Kegiatan Penelitiaan

Jenis penelitiaan ditinjau dari caranya diantaranya yaitu melalui Operation research (Action Research) yaitu suatu penelitiaan yang dilakukan oleh seseorang yang bekerja mengenai apa yang sedang ia lakukan tanpa mengubah system pelaksanaannya. Yang kedua yaitu dengan cara Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab-akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminisasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu.

Ada tiga cara menyisihkan faktor-faktor non-eksperimen yaitu :

a.       Disisihkan secara fisik dalam bentuk percobaan-percobaan di laboratorium.

b.      Disisihkan secara selektif.

c.       Disisihkan dengan manipulasi statistik.

Ruang lingkup objek penelitian pendidikan adalah hal-hal apa saja yang berhubungan dengan pendidikan, baik yang terjadi di sekolah, di luar sekolah maupun kaitan antara keduanya. Pendidikan yang dilakukan di dalam keluarga, juga merupakan objek penelitian pendidikan yang menarik.

Pendidikan yang berobjek masalah-masalah persekolahan, bertujuan untuk meningkatkan efektivitas program belajar-mengajar agar tercapai prestasi belajar secara maksimal. Penelitian ini dapat menyangkut kurikulum, siswa, guru, personal non-guru, pengelolaan, sarana pendidikan, pembiayaan, lembaga-lembaga pendidikan, dan sebagainya.

B.   Ragam Penelitian

Penelitiaan dimaksud untuk sebab-musababterjadinya suatu permasalahan. Penelitian semacam ini disebut penelitian eksploratif.

Semua kejadian yang berhubungan dengan proses belajar-mengajar dicatat, diteliti, dan diadakan penyempurnaan seperlunya sehingga akhirnya diharapkan ditemukannya prototype metode penyampaian dengan menggunakan buku berprograma. Mengadakan percobaan dan penyempurnaan inilah yang di golongkan sebagai penelitian developmental atua penelitian pengembangan.

Jenis penelitian ditinjau dari tujuan adalah penelitian verifikatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengecek kebenaran hasil penelitian lain. Penelitian yang dilakukan oleh lembaga pemerintah diklasifikasikan sebagai penelitian kebijakan, karena menyangkut tindakan yang diambil oleh pemerintah dan diberlakukan secara luas.

Penelitian dapat ditinjau dari pendekatan longitudinal (pendekatan bujur) dan pendekatan cross sectional (pendakatan silang). Jika kita hubungkan dengan pengambilan data secara kontinu, maka pendekatan cross sectional (silang) merupakan kompromi antara one-shot method (menembak satu kali terhadap satukasus) dan longitudinal method (menembak beberapa kali terhadap kasus yang sama).

Penelitian juga dapat ditinjau dari bidang ilmu. Ragam penelitian ditinjau dari bidangnya adalah pendidikan terhadap pendidikan (lebih sempit dari pendidikan guru, pendidikan ekonomi, pendidikan kesehatan), keteknikan, ruang angkasa, pertanian, perbankan, kedokteran, keolahragaan, dan sebainya. Penelitian yang dapat ditinjau dari tempatnya yaitu penelitian yang paling banyak dilakukan adalah penelitian kancah atau penelitian lapangan.

Pendidikan juga dapat ditinjau dari hadirnya variabel. Variabel adalah hal-hal yang menjadi objek penelitian, yang ditatap dalam suatu kegiatan penelitian yang menunjukan variasi, baik secara kuantitatif maupun kulitatif. Penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan atau menggambarkan veriabel masa lalu dan sekarang adalah penelitian deskriptif.

C.   Cara Mengadakan Penelitian

Ada tiga persyaratan penting dalam mengadakan kegiatan penelitian yaitu :

a.       Sistematis artinya dilaksanakan menurut pola tertentu, dari yang paling sederhana sampai kompleks sehingga tercapai tujuan secara efektif dan efisien.

b.      Berencana artinya dilaksanakan dengan adanya unsure dipikirkan langkah-langkah pelaksanannya.

c.       Mengikuti konsep ilmiah artinya mulai awal sampai akhir kegiatan penelitian mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan, yaitu prinsip yang  digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

Apabila diterapkan dalam kegiatan penelitian maka urutannya dalah ebai berikut :

1.      Penelitian diharapkan kepada suatu kebutuhan atau tantangan.

2.      Merumuskan masalah, sehingga masalah tersebut menjadi jelas batasan, kedudukan, dan alternativ cara untuk memecahkan masalah.

3.      Menetapkan hipotesis sebagai titik tolak mengadakan tindakan menentukan alternativ pemecahan yang dipilih.

4.      Mengumpulkan data untuk menguji hipotesis.

5.      Mengambil kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data dan dikembalikan kepada hipotesis yang sudah dirumuskan.

6.      Menentukan kemungkinan untuk mengadakan generalisasi dari kesimpulan tersebut serta implikasinya dimasa yang akan datang.

Langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut :

1.      Memilih masalah.

2.      Studi pendahuluan.

3.      Merumuskan masalah.

4.      Merumuskan anggaran dasar (merumuskan hipotesis).

5.      Memilih pendekatan.

6.      Menentukan variabel dan sumber data.

7.      Menentukan dan menyusun instrumen.

8.      Mengumpulkan data.

9.      Analisis data.

10.  Menarik kesimpulan.

11.  Menulis laporan.

D.    Memilih Masalah

Memilih masalah penelitian adalah suatu langkah awal dari suatu kegiatan penelitiaan. Hal yang harus dipenuhi bagi terpilihnya masalah atau judul penelitian, yaitu harus sesuai dengan minat peneliti, harus dapat dilaksanakan, harus tersedia faktor pendukung dan harus bermanfaat. Faktor intern adalah penelitian harus sesuai dengan minat peneliti, dan penelitian dapat dilaksanakan. Faktor ekstern yaitu tersedianya faktor pendukung yang bersumber dari luar peneliti antara lain adalah tersedia data  sehingga pertanyaan penelitian dapat dijawab, dan ada izin dari yang berwenang.Faktor ekstern lainnya yaitu hasil penelitian harus bermanfaat.

Permasalahan dalam penelitian sering pula disebut dengan istilah problema atau problematik. secara garis besar peneliti mempermasalahkan penomena atau gejala atas tiga jenis :

1.            Problema untuk mengetahui status dan mendeskripsikanfenomena. Sehubungan dengan jenis penelitian ini terjadilah penelitian deskriptif (termasuk didalamnya survei), penelitian histories, dan filosofis.

2.            Problema untuk membandingkan dua fenomena atau lebih (problema komparasi).

3.            Problema untuk mencari hubungan antara dua fenomena (problema korelasi). Ada dua macam problema korelasi yaitu sebagai berikut :

a.       Korelasi sejajar.

b.      Korelasi sebab-akibat.

Judul penelitian yang lengkap diharapkan mencakup :

1.            Sifat dan jenis penelitian.

2.            Objek yang diteliti.

3.            Subjek penelitian.

4.            Lokasi atau daerah penelitian.

5.            Tahun atau waktu terjadinya peristiwa.

Setelah meneliti masalah, maka langkah selanjutnya adalah mengadakan studi pendahuluan. Manfaat mengadakan staid pendahuluan adalah sebagai berikut :

1.            Memperjelas masalah.

2.            Menjajagi kemungkinan dilanjutkannya penelitian.

3.            Mengetahui apa yang sudah dihasilkan orang lain bagi penelitian yang serupa dan bagian mana dari permasalahan yang belum terpecahkan.

E.   Merumuskan Masalah

Sebelum seorang peneliti melalui kegiatannya meneliti, harus memulai membuat rancangan terlebih dahulu. Rancangan tersebut diberi nama desain penelitian. Ada yang menyebutnya dengan istilah proposal penelitian atau usulan penelitian.

Desain penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti, sebagai ancar-ancar kegiatan yang akan dilaksanakan.

Didalam desain penelitian sekurang-kurangnya termuat judul penelitian, penegasan masalah, alas an mengadakan penelitian, penegasan masalah, alas an mengadakan penelitian, tujuan meneliti, kegunaan hasil penelitian, landasan teori, penelaahan kepustakaan, metodologi, langkah-langkah jadwal kerja, dan pembiayaan.

F.   Merumuskan Anggaran Dasar

Menurut Prof. Dr. Winarno Surakhmad M.Sc.Ed. anggaran dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang sebanarnya diterima oleh penyelidik. Dikatakan selanjutnya bahwa setiap penyelidik dapat merumuskan postulat yang berbeda. Seorang penyelidik mungkin meragu-ragukan sesuatu anggapan dasar yang oleh orang lain diterima sebagai kebenaran.

Manfaat dari anggaran dasar adalah untuk memperkuat permasalahan dan membantu peneliti dalam memperjelas menetapkan objek penelitian, wilayah pengambilan data, instrumen pengumpulan data.

G.   Merumuskan Hipotesis

 Hipotesis berasal dari dua suku kata yaitu “hypo” artinya “di bawah” dan “thesa” artinya “kebenaran”. Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian yaitu :

1.      Hipotesis kerja, atau disebut dengan hipotesis alternatif, disingkat Ha. Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y.

2.      Hipotesis nol, disingkat Ho. Hipotesis nol sering juga disebut hipotesis statistik, karenanya biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik yaitu dengan perhitungan statistik. Hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y.

H.   Memilih Pendekatan

Jenis pendekatan menurut teknik samplingnya adalah :

1.      Pendekatan populasi.

2.      Pendekatan sample.

3.      Pendekatan kasus.

Jenis pendekatan menurut timbulnya variabel adalah :

1.      Pendekatan non-eksperimen

2.      Pendekatan eksperimen

Jenis pendekatan menurut pola-pola atau sifat penelitian non-eksperimen (penelitian deskriptif). Sehubungan dengan pendekatan jenis ini, maka dibedakan atas :

1.      Penelitian kasus.

2.      Penelitian kausal komparatif.

3.      penelitian korelasi.

4.      Penelitian historis

5.      Penelitian filosofis.

 

Jenis pendekatan menurut model pengembangan atau model pertumbuhan adalah

1.      “One shot” model, yaitu model pendekatan yang menggunakan satu kali pengumpulan data pada “suatu saat”.

2.      Longitudinal model, yaitu mempelajari berbagai tingkat pertumbuhan dengan cara mengikuti perkembangan bagi individu-individu yang sama.

3.      Cross sectional model, yaitu gabungan antara model a dan b, untuk memperoleh data yang lebih lengkap yang dilakukan dengan cepat, sekaligus dapat menggambarkan perkembangan individu selama dalam masa pertumbuhan karena mengalami subjek dari berbagai tingkat umur.

I.   Menentukan Variabel

Istilah “variabel” merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap jenis penelitian. F.N. Kerlinger menyebut variabel sebagai sebuah konsep. Sutrisno Hadi mendeskripsikan variabel sebagai gejala yang bervariasi. Gejala adalah objek penelitian, sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi.

Variabel dibedakan atas kuantitatif dan kualitatif. Lebih jauh variabel kuantitatif diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu variabel diskrit dan variabel kontinum.

1.      Variabel diskrit disebut juga variabel nominal atau variabel kategorik karena hanya dapat dikategorikan atas dua kutub yang berlawanan yakni “ya” atau “tidak”.

2.      Variabel kontinu dipisahkan menjadi tiga variabel kecil yaitu :

  1. Variabel ordinal yaitu variabel yang menunjukan tingkat-tingkatan.
  2. Variabel interval yaitu variabel yang mempunyai jarak, jika dibanding dengan variabel lain,sedang jarak itu sendiri dapat diketahui dengan pasti.
  3. Variabel ratio yaitu variabel perbandingan.

Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka. Data mempunyai jenis yaitu data dari variabel diskrit disebut data diskrit berupa frekuensi dan data dari variabel kontinum disebut data kontinum berupa tingkatan, angka berjarak atau ukuran.

Sifat variabel dapat dibedakan atas variabel statis yaitu variabel yang tidak dapat diubah keberadaannya, dan variabel dinamis yaitu variabel yang dapat diubah keberadaannya berupa pengubahan, peningkatan, atau penurunan.

J.   Menentukan Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Untuk mempermudah mengidentifikasi sumber data penulis mengidentifikasinya menjadi tiga data :

p = person, sumber data berupa orang

p = place, sumber data berupa tempat

p = paper, sumber data berupa symbol.

Person adalah sumber data yang dapat memberikan data berupa jawaban lisa melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket. Place adalah sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak. Paper adalah sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf.

Wilayah sumber data sebagai subjek penelitian, dikenal 3 jenis penelitian yaitu penelitian populasi, penelitian sample, penelitian kasus. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus. Sempel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Adapaun cara-cara mengambil sempel-sempel penelitian dapat dilakukan sebagai berikut :

1.      Sampel random (acak atau campur)

2.      Sampel berstrata

3.      Sampel wilayah

4.      Sampel proporsi (sample imbangan)

5.      Sampel bertujuan

6.      Sampel kuota

7.      Sampel kelompok

8.      Sampel kembar

Penelitian kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi lembaga atau gejala tertentu. Unit analisis dalam penelitian adalah sesuatu tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian. Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Responden berasal dari kata “respon” atau penanggap yaitu orang yang menanggapi. Informan adalah orang yang memberikan informasi.

K.   Menentukan dan Menyusun Instrumen

Mengevaluasi adalah memperoleh data tentang status sesuatu dibandingkan standar atau ukuran yang telah ditentukan karena mengevaluasi adalah mengadakan pengukuran. Secara garis besar maka alat evaluasi yang digunakan dapat digolongkan dalam tes dan bukan tes. Adapun metode pengumpuln data yaitu tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Observasi, wawancara, skala bertingkat dan dokumentasi.

Instrumen penelitian terdiri dari angket, tes, skala bertingkat, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan check-list. Penentuan metode pengumpulan data di tentukan oleh variabel, sampel, lokasi, pelaksana, biaya dan waktu.

Agar dalam meneliti diperoleh kesimpulan yang benar, maka data harus benar. Untuk itu diperlukan instrument yang baik yakni vailid dan reliabel. Maka pandangannya harus melalui prosedur, pelaksanaan, penulisan item, penyuntingn, uji coba dan revisi.

L.   Analisis Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera digarap oleh staf peneliti. Secara garis besar pekerjaan analisis data meliputi tiga langkah yaitu persiapan, tabulasi dan penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian.

Analisis varians klasifikasi tunggal adalah tidak terdapat variabel baris yang da hanya variabel kolom.

Analisis varians klasifikasi ganda adalah analisis varians yang tidak hanya mempunyai satu variabel kelompok, maka dalam analisis varians klasifikasi ganda kita juga mempunyai variabel baris. Dengan demikian akan diperoleh interaksi antara kolom dengan baris.

Langkah-langkah dalam analisis data adalah :

1.      Persiapan yaitu mengecek nama, isian dan macam data

2.      Tabulasi yaitu memberi skor,memberi kode, mengubah jenis data.

3.      Penerapan data sesuai dengan pendekatan

a.       Penelitian deskriptif : persentasi dan komparasi dengan criteria yang telah ditentukan

b.      Penelitian komparasi : dengan berbagai teknik korelasi sesuai dengan jenis data

c.       Penelitian eksperimen : diuji hasilnya dengan t-test.

M.   Menarik Kesimpulan

Menarik kesimpulan penelitian selalu harus berdasarkan diri atas semua data yang diperoleh dalam kegiatan penelitian, dengan kata lain penarikan kesimpulan harus didasarkan atas data, bukan atas angan-angan atau keinginan peneliti. Oleh karena kesimpulan peneliti ditarik berdasarkan data, yang dalam hal ini berupa data yang sudah diolah, maka penarikan kesimpulan dilakukan sejalan dengan cara mengolah data. Seperti telah kita pelajari bahwa pengolahan data dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara non-statistik dan cara statistik, yaitu menggunakan berbagai rumus statistik yang ada. Di dalam bagian ini akan dimulai dari kesimpulan penelitian yang dilakukan dari data yang tidak diolah dengan statistik.

Agar berbeda dengan pengolahan data non-statistik maka penelitian yang datanya diolah dengan teknik statistik harus memperhatikan pengambilan sempel. Pada umumnya penelitian yang diadakan merupakan penelitian sempel. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan di dalam menggunakan tabel adalah :

1.      Kesediaan kita menerima resiko atau dengan kata lain besarnya taraf signifikasi yang akan kita pakai.

2.      Rumusan hipotesis, dalam hal ini untuk menentukan arah daerah kurva penyebaran.

3.      Derajat kebebasan yang besarnya dapat dilihat pada waktu kitamenggunakan rumus.

Sehubungan dengan format laporan, Burroughs mengatakan bahwa perbedaan format bukanlah hal yang penting untuk dipermasahkan, yang penting diperhatikan adalah :

1.      Bahwa pembaca dapat memahami dengan jelas apa yang telah dilakukan oleh peneliti. Apa tujuannya dan bagaimana hasilnya.

2.      Bahwa langkah dan medannya jelas sehingga pembaca dapat mengulangi proses penelitian itu bila ia menghendaki.

Adapun contoh format laporan yang diajukan oleh Borg & Gall.

Bahan pendahuluan

1.      Halaman judul

2.      Pengantar kata

3.      Daftar isi

4.      Daftar tabel

5.      Daftar gambar atau ilustrasi atau diagram-diagram

Gambar laporan (Body of the paper)

Bab I   Pendahuluan

A. Permasalahan

B. Rumusan permasalahan

C.Tujuan penelitian

Bab II   Penelaahan kepustakaan atau kajian pustaka

       A. Penemuan yang lalu

       B. Teori yang mendasari

       C. Ringkasan dan kerangka pikir peneliti

       D. Hipotesis

 

Bab III  Metodelogi

       A. Pemilihan subjek, populasi, sampel, dan teknik sampling)

       B. Desain dan pendekatan penelitian

       C. Pengumpulan data

Bab IV  Pelaksanaan penelitian

       A. Validasi instrumen

       B. Pengumpulan dan penyajian data

       C. Analisis data

       D. Hasil analisis

Bab V   Hasil penelitian dan pembahasan

       A. Hasil penelitian

       B. Pembahasan

       C. Diskusi

Bahan penunjang

       A. Kepustakaan

       B. Indeks.

         

 

Sumber : “Prosedur Penelitian” suatu pendekatan praktek, Prof. Dr. Suharsimi                    Arikunto

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

Mengapa harus mencantumkan sumber kedalam penelitian kita?

September 24, 2007 at 2:20 pm (Uncategorized)

Karena sumber seperti identitas orang. Judul dan waktu atau tahun, penelitian atau peulisan adalah hal-hal penting yang dapat mendukung penelitian yang kita lakukan dan memberikan bukti bahwa penelitian yang kita lakukan benar dan sebelumnya penelitian tersebut tak pernah dilakukan oleh ilmuwan lain terdahulu dan kita ingin memperkuat teori tersebut dengan mengadakan penelitian lebih lanjut dan dengan didukung ilmu pengetahuan yang semakin berkembang sehingga teori tersebut dapat lebih diakui kebenarannya.

 

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

Apa hubungan teori dengan penelitian ilmiah?

September 24, 2007 at 2:19 pm (Uncategorized)

Hubungan teori dengan penelitian adalah dimana teori adalah suatu hal yang diyakini oleh pencetusnya dan teori tersebut tidak mungkin tercipta tanpa adanya suatu penelitian ilmiah yang dilakukan oleh pencetus teori tersebut. Dengan keyakinan yang ia miliki dan dengan keotentikan penelitian ilmiahnya itu, ia dapat mengambil kesimpulan bahwa teorinya benar. Jadi tidak dapat dipisahkan antara teori yang disimpulkan dengan penelitian ilmiah yang dilakukan. Dengan adanya peneli tian ilmiah maka akan terciptalah suatu teori yang nyata dan dapat dipertanggungjawabkan.

 

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

Uraian tentang metode ilmiah

September 24, 2007 at 2:18 pm (Uncategorized)

Makhluk hidup diciptakan oleh ALLAh SWT deengan memiliki kelebihan dan karakteristik masing-masing. Mengenai hal ini timbulah suatu masalah dan pertanyaan “tersusun dan apakah makhluk hidup itu ?” untuk menjawab pertanyaan tersebut ada beberapa ilmuwan yang mencoba memecahkan masalah tersebut. Diawali oleh teori Aristoteles yang mengatakan bahwa makhluk hidup berasal dari unit terkecil. Kemudian Robert Hocke menemukan struktur sel pertama kalinya. Teori ini ditemukan dengan melakukan suatu metode atau penelitian ilmiah dimana beliau melihat adanya petak-petak kecil dibawah mikroskop dari sayatan gabus. Setelah itu banyak ilmuwan lain yang melakukan peneleitian menganai sel, dengan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang maka teori sel pun semakin berkembang pula, yakni dengan ditemukannya organel-organel pembentuk sel. Untuk membuktikan teori tersebut kitapun dapat melakukan penelitian mengenai sel, baik sel tumbuhan maupun sel hewan, misalnya dengan menilti jaringan otot pada hewan. Jaringan itu terdiri dari sel-sel yang bertumpuk-tumpuk. Setelah kia menemukan inti sel dengan mikroskop pada jaringan tersebut kita dapat  melihat bagian-bagian  sel dengan pembesaran tertentu. Dengan demikian  benarlah bahwa organisme itu terdiri dari milyaran bahkan triliyunan sel yang akan membentuk jaringan, organ, sistem organ, dan akhirnya membentuk organisme. Dari uraian diatas jelaslah bahwa suatu teori timbul karena adanya suatu masalah, dimana maslah tersebut harus dipecahkan dan diketahui sebab-akibatnya. Suatu teori harus didukung oleh metode ilmiah agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan dan dipublikasikan.

 

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

KEGIATAN PENELITIAN

September 24, 2007 at 2:16 pm (Uncategorized)

  1. Siapa yang perlu meneliti?

Banyak orang terpelajar yang beranggapan bahwa meneliti adalah tugas para ahli, profesi, doctor. Pada waktu belum ada ekuivalen tesis atau ekuivalen skripsi, mahasiswa masih serius mempelajari metodelogi penelitian karena akan merupakan bekal untuk mengadakan penelitian dalam rangka penulisan skripsi atau tesis. Setelah mereka diperbolehkan mengambil ekuivalen skripsi atau tesis, lalu beranggapan bahwa ilmu tentang penelitian tidak diperlukan lagi. Mereka lupa atau mungkin belum menyadari bahwa siapapun boleh meneliti bahkan dengan tegas dikatakan bahwa sarjana harus dapat meneliti, karena hanya dengan penelitianlah ilmu dapat berkembang secara ilmiah.

Seorang guru mempunyai tugas mendidik dan mengajar. Ia melakukan bermacam-macam hal untuk memotivasi belajar siswa. Barang siapa ingin meningkatkan hasil untuk apa saja sedang meningkatkan hasil untuk apa saja yang sedang diekuni, membetuhkan kegiatan penelitian.

 

  1. Bagaimana Penelitian dilakukan ?
    1. Operation Research ( Action Research )

Adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh seseorang yang bekerja mengenai apa yang sedang ia laksanakan tanpa mengubah sistem pelaksanaannya. Operation research menunjuk pada kegiatan yang sedang berlangsung. Action research menunjuk peneliti melakukan tindakan, eksperimen yang diamati terus menerus.

 

    1. Eksperimen

Adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa mengganggu.

            Ada tiga cara menyisihkan faktor-faktor non eksperimen :

a.       disisihkan secara fisik dalam bentuk percobaan-percobaan di laboratorium.

b.      Disisihkan secara selektif.

c.       Disisihkan dengan manipulasi statistik.

 

  1. Apa yang diteliti ?

Yang perlu diteliti adalah objek penelitian. Ruang lingkup objek penelitian pendidikan adalah hal-hal apa saja yang berhubungan dengan pendidikan, baik yang terjadi disekolah, diluar sekolah. Maupun kaitan antara keduanya. Pendidikan yang dilakukan didalam keluarga juga merupakan objek penelitian pendidikan yang menarik.

Penelitian yang berobjek masalah-masalah persekolahan, bertujuan untuk meningkatkan efektivitas program belejar-mengajar agar tercapai prestasi belajar secara meksimal. Penelitian ini dapat menyangkut kurikulum, siswa, guru, personal non-guru, pengelolaan, sarana pendidikan, pembiayaan, lembaga-lembaga pendidikan ,dsb. Tujuan yang sama yakni menaikkan prestasi belajar dapat juga dilakukan dengan meneliti kaitan antara sekolah dan luar sekolah.

Sumber : “PROSEDUR PENELITIAN” suatu pendekatan praktek.Prof. Dr. Suharsimi Arikunto.

 

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

Hello world!

September 12, 2007 at 3:55 am (Uncategorized)

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!

Permalink 1 Komentar